Rabu, 13 November 2013

                                  PENGABDIAN SEORANG GURU

 

Di sebuah desa yang kecil dan sederhana terdapat seorang pejuang yang digemari banyak penduduk desa. Beliau adalah Pak Syaiful, guru Bahasa Indonesia di SMA Xtra, yakni SMA sederhana yang hanya terdiri dari 28 orang murid. Namun beliau tidak pernah putus asa. Pak Syaiful yang biasa disapa Pak Aip  selalu menyemangati siswa-siswanya agar terus berjuang, meraih mimpi.
Pak Aip   : ………Chairil Anwar selalu menuangkan ide-ide dan perasaannya dalam bentuk syair. Lihat saja pusinya yang berjudul “Aku” . Chairil  mengemukakan tentang pemberontakan dari segala bentuk penindasan. AKU!!  Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Ada yang tahu maksud dari syair ini??
Wawan     : Menurut saya, Penulis ingin mengungkapkan tentang keinginan terbesar nya untuk tetap bertahan, meraih mimpinya. Dan bila saatnya nanti, entah berhasil atau tidak, dia tidak ingin seorang pun menangis atau meratapinya, siapapun itu.
Pak Aip   : Pemikiran yang baik, ada yang ingin menambahkan?
Asep       : Disini, penulis ingin hidup seribu tahun lagi, namun dia menyadari keterbatasan usianya dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorang pun meratapinya
Pak Aip   : Ide-Ide yang cerdas. Bapak salut pada kalian semua. Bapak harap kalian mengerti tentang puisi, dan kelak kalian menjadi seorang yang sukses. Pergi merantau meraih mimpi, menyentuh semua khayalan kalian, berlari ke ujung dunia untuk mimpi-mimpi kalian itu. Ingat! Tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha dan berharap pada Tuhan. Jangan hanya menjadi sang pemimpi, tapi jadilah sang pemimpin.
Matahari mulai menyembunyikan wajahnya, Pak Aip harus kembali mengayuh sepeda bututnya sepanjang  7 km menuju rumah. Di rumah beratapkan daun rumbia ini, tinggalah Pak Aip dan Mira – anaknya. Ibu Eni, istri Pak Aip telah meninggal sesaat setelah melahirkan Mira. Mira cantik dan pintar, namun sayangnya ia hanya tergulai lemah di tempat tidur, karena penyakit yang dideritanya – polio.
Pak Aip   : Selamat siang, nak. Ayah pulang.
Mira         : Siang ayah. Bagaimana keadaan ayah hari ini?
Pak Aip   : Baik sayang. Sudah bisa kita mulai belajarnya hari ini?
Mira         : Sudah yah. Saya Siap.
Pak Aip   : Nak, apa yang kamu ketahui dari Chairil Anwar?
Mira         : Chairil – dia penyair terkenal yang selalu menuangkan ide-ide cemerlangnya lewat syair yang indah. Walaupun dia berasal dari keluarga yang tercerai berai dan dibesarkan oleh seorang nenek.

Pak Aip   : Pintar nak. Benar, Chairil itu orang yang tidak mudah berputus asa, dia selalu ingin meraih mimpinya dan selalu mencoba jika ia gagal. Salah satu syairnya yang terkenal ialah “AKU”. AKU!!  Kalau sampai waktuku..ku mau tak seorang kan merayu..Tidak Juga kau. ……… Aku mau hidup seribu tahun lagi. Apa yang pesan moral syair ini, Mira?
Mira         : Ayah, menurut Mira, Aku disini adalah pejuang yang tak pernah menyerah sama seperti penulisnya – Chairil. Dan dia tidak mau membuat orang lain susah karena dirinya.
Pak Aip   : Benar nak, ayah bangga padamu. Walau tak seperti anak-anak normal lainnya, tapi semangat belajarmu selalu membara. Ayah sayang padamu.
Mira         : Mira juga sayang ayah.
Mira tidak pernah berkecil hati dengan keadaannya. Ayahnya selalu mendukungnya. Sepulang sekolah, ayahnya selalu mengulang materi yang beliau ajarkan di sekolah.
Malam harinya, saat mira dan ayahnya sedang makan malam dengan lauk seadanya. Nasi, ikan asin dan Sayur Asam, terjadi percakapan yang cukup serius .
Pak Aip   : Nak, apa cita-citamu kelak?
Mira         : Mira ingin menjadi seorang dokter ayah. Mira ingin menyembuhkan penyakit – penyakit yang diderita anak-anak kecil. Agar mereka tidak merasakan hal yang sama seperti  yang mira rasakan sekarang.
Pak Aip   : Sungguh mulia cita-citamu nak. Walau sakit, tapi kamu tak pernah putus asa.
Keesokan harinya….
Pak Aip   : Anak-anak, minggu depan kita sudah menghadapi UN. Bapak harap kalian belajar dengan tekun agar kelak kalian Lulus dan dapat merah cita-cita kalian. Bila nanti ……………………. Uhukkk.. uhukk..uhuk….
Liliz         : Pak, pak Aip. Bapak kenapa? (Berlari ke depan).
Pak Aip   : Bapak tidak apa-apa nak, hanya batuk biasa. Uhukk…uhuk…
Liliz         : Tapi………….
Pak Aip   : Sudah..tenanglah… mending kalian belajar untuk UN nanti.
Liliz         : Pakk……
Pak Aip kembali mengayuh sepeda bututnya menuju rumah. Terik matahari saat itu masih menyinari. Tak seperti biasanya. Hari ini, Pak Aip memutuskan untuk pulang lebih dulu ke rumahnya, karena kondisi kesehatannya yang tidak bisa dikompromi lagi.
Di tengah perjalanan, sepeda Pak Aip kehilangan kendali. Pak Aip panik dan sepedanya terjatuh.
Untunglah saat itu, salah seorang muridnya, Ati dan Aji melalui jalanan tersebut dan mendapati Pak Aip sedang terbaring di jalanan berbatu tanpa aspal
Ati           : Aji…lihat!! Sepertinya itu adalah Pak Aip.
Aji           : Haaa???!! Dimana??
Ati           : Itu (sambil menunjuk ke arah Pak Aip )
Aji           : Ia benar Ti, ayo segera kita tolong.
Di rumah Pak Aip…….
Mira         : Aji, ayah kenapa?
Aji           : Tenanglah Mira. Ayahmu tidak apa-apa. Beliau hanya capek dan kita mendapati beliau di jalanan menuju kesini.
Mira         : Terima kasih, Aji..
Malam harinya, para siswa SMA Xtra selalu datang belajar di rumahnya Pak Aip. Dan Pak Aip ikhlas mengajarkan mereka, walau tanpa bayaran.
Rachel, Ina, Liliz, Wawan, Ati :    S’lamat malam.
Pak Aip   : S’lamat malam generasi cerdas. Silahkan masuk, bapak sudah menunggu kalian.
Ati           : Terima kasih Pak. Bagaimana keadaan bapak sekarang? Sudah baikan?
Pak Aip   : Sudah nak, bapak sudah agak baikan. Terima kasih.
Ati           : Sama-sama Pak.
Pak aip    : Maaf, rumah bapak hanya sederhana.
Ina           : Tidak mengapa pak.
Pak Aip   : Mari kita mulai pelajarannya nak…
Liliz         : YA!! Mariiii,…………..
Pak Aip   : Generasi cerdas… nilai – nilai budaya yang terletak pada hikayat, berbeda dengan yang ada pada novel. Nilai budaya pada hikayat adalah nilai-nilai yang dianggap pra logis.
Rachel     : Jadi… seperti nilai atau kebudayaan yang tidak rasional pak? Seperti menyembah putri dewa, berbicara dengan hewan atau dengan kata lain mengerti bahasa hewan. Bukan begitu pak?
Pak Aip   : Benar sekali generasi cerdas. Kita lihat saja contoh Hikayat Ibnu Hasan. Menurut kalian apa nilai budayanya?
Mira         : Saya Pak…
Pak Aip   : Silahkan nak.
Mira         : Menurut saya, tidak mungkin seorang anak berumur 7 tahun dapat pergi merantau sendiri dari Bagdad menuju Mesir. Itu sangat tidak mungkin. Apalagi perjalanannya memerlukan waktu yang sangat lama.
Pak Aip   : Benar!! … nah sekarang coba kalian tentukan nilai-nilai religi, nilai moral dan nilai etika!
Suasana belajar malam itu begitu semangat. Pak Aip selalu tersenyum dan dengan ikhlas memberikan les tambahan bagi para siswa nya di malam hari. Namun siapa yang menyangka, dibalik untaian senyum dan tebaran keikhlasan, ternyata Pak Aip mengidap penyakit yang sewaktu-waktu dapat  merenggut nyawanya. Ya beliau mengidap kanker paru-paru. Selama ini, beliau tidak terlalu peduli dengan kondisi kesehatannya. Baginya, sakit yang dirasakannya hanya sakit biasa.
Pak Aip   : Nak, jika nanti ayah telah pergi. Kamu harus rajin belajar, jangan putus asa. Pergilah ke salah satu panti asuhan terdekat. Belajarlah disana, kelak kamu akan jadi orang yang sukses.
Mira         : Ayah, jangan berkata begitu. Mira sayang ayah. Mira tidak mau ayah pergi meninggalkan mira.
Hari pertama ujian nasional……………………
Pak Aip : “Anak-anak, hari ini hari pertama kalian menghadapi Ujian Nasional. Uhukk..uhukk… Bapak harap kalian tidak patah semangat dan selalu rajin belajar.
Siswa-siswa : Iya pak..
Liliz         : Doakan kami yah Pak.
Pak Aip   : Pasti nak…uhukk..uhuk….
Setelah hari itu, Pak Aip tidak ke sekolah lagi, penyakitnya tambah parah. Ia hanya terbaring lemah di kamarnya dan tak ada yang bisa merawatnya, karena Mira lumpuh.
Hari pengumuman kelulusan…..
Liliz         : Thank you God, saya berhasil.
Asep       : Ya. Saya juga. Terima kasih Tuhan
Aji           : Teman-teman kita berhasil. Ayo, kita kabarkan hal ini untuk Pak Aip.
Ati           : Yuk……
Liliz         : Iya, sekalian saja kita jenguk Pak Aip, sudah lama kita tak bertemu beliau.
Di rumah Pak Aip
Mira         : Ayah…ayo bertahan yah… Mira masih butuh Ayah…jangan pergi yah..
Pak Aip   : Nak, umur ayah sudah tidak lama lagi. Ayah hanya menunggu berita kelulusan siswa-siswa ayah. Setelah itu……….uhukk…uhukkk……….
Mira         : Ayah, jangan bilang begitu. Jangan yah… ayah pasti bisa bertahan
Pak Aip   : Sudah nak..ingat pesan bapak.. kamu harus bertahan, pergilah ke panti asuhan terdekat, tinggal disitu. Tapi jangan kamu merepotkan kalian. “
Mira         : Iya pak…Mira pasti mendengar nasehat ayah..
Liliz         : Selamat siang…………
Mira         : Selamat siang teman-teman.
Aji           : Boleh kami lihat keadaan Pak Aip?
Mira         : Boleh, silahkan saja
Ati           : Terima kasih
Rachel     : Selamat Siang, Pak..
Pak Aip   : Selamat siang nak…terima kasih kalian uhuk…uhuk…sudah mau datang menjenguk bapak. Uhukk…Bagaimana dengan hasil kelulusan kalian?
Wawan     : (memeluk Pak Aip) kita semua lulus pak..terima kasih untuk ilmu yang bapak beri.
Pak Aip   : Bapak senang melihatnya. Bapak harap uhukk..uhuk…generasi cerdas seperti kalian dapat uhukk..uhuk..berguna bagi nusa dan bangsa.
Aji           : Iya pak..bapak juga harus berjuang melawan penyakit bapak
Pak Aip   : (Dengan nafas terengah-engah) Nak, sudah waktunya bapak pergi. Tugas Bapak sudah selesai. Berjuanglah nak..
Mira         : Ayah…jangan berkata demikian. Jangan yah….
Pak Aip   : Sudah saatnya. Mira ingat pesan ayah… Liliz, Aji, Ati, Rachel, Asep, Wawan dan yang lainnya biarkan bapak melihat keberhasilan kalian dari atas sana.. Bapak sa….yang… ka…li…an…… se….mu…a..
Mira         : AYAH!!!……..
Liliz, Aji    : BAPAK!!……………
Setelah hari itu, semua keadaan di desa sangat sepi, terkhususnya aktivitas di lokasi SMA Xtra. Tak ada lagi kegiatan belajar mengajar. SMA Xtra telah digusur dan akan dibangun sebuah pabrik. Mira juga menjalani hari-harinya di panti asuhan “Sumber inspirasi” dan membantu mengajari anak panti lainnya belajar. Sedangkan Liliz, Aji, Wawan, Rachel, Ati dan siswa didikan Pak Aji lainnya telah berhasil meraih mimpi. Kini, mereka membuktikan bahwa mereka tidak hanya menjadi sang pemimpi, tapi menjadi sang pemimpin.
Semua karena perjuangan seorang guru, pahlawan tanpa tanda jasa. Pengabdian guru hingga akhir hidupnya. Benar, guruku – seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Sekian.

Selasa, 12 November 2013

                                                     kau milikku serta juga miliknya


pemain : Boni, amin, Widia, petugas kasir

( setting : di sesuatu taman kota pada sore hari )

Boni : sayang, minggu depan ada acara lagi th. sepupuku. saya akan ajak anda datang ke pesta itu

Widia : ( coba mengingat - ingat, apakah dia juga ada janji kencan dengan amin, pacarnya yang satu lagi ).. hhmm.. ingin siy, namun tengok kelak ya. saya belum tahu minggu depan di kantor ada lembur atau tidak.

Boni : ( yang sesungguhnya telah tahu bila Widia ada kencan dengan amin ).. duuh.. diusahain donk. kan saya juga ingin ngenalin anda ke keluarga besarku.

Widia : iya.. saya upayakan.. ( tidak lama lantas hp Widia lalu berdering. Widia melirik layar hp nya serta nyatanya amin yang menelepon )

Boni : kok ngga diangkat say ?

Widia : ah ngga mutlak.. dari temenku kok. kelak saya telp balik saja ( sembari berupaya menyembunyikan kegugupannya )

Boni : eh pinjam hp nya donk.. saya akan sms teman kantorku ( sembari senyum - senyum usil )

Widia : pulsaku habis juga tuh ( telah mulai jadi tidak nyaman )

Boni : oh ya telah lah.. yuuk kita pulang saja. telah sore nih

Widia : ( jadi belum memperoleh barang apa pun hari itu, dia memutar otak perihal bagaimana langkahnya dapat mengajak Boni ke mall ) kita ke mall dulu yuuk.. ngadem bentar gitu.. sembari lihat-lihat

Boni : oh ingin ke mall ? ayoo..
( lantas mereka berdua jalur ke mall dikarenakan jarak pada taman serta mall yang dekat )

( setelah tiba di mall )
Widia : ( repot menentukan - milih baju serta sesuatu di sesuatu butik ).. bagus ngga say ? pantes ngga saya gunakan ini ? ( sembari bergaya bak photo model )

Boni : oh bagus.. semakin cantik saja anda ( Boni yang tahu akal bulus Widia yang senantiasa morotin uangnya mulai gunakan kiat )

Widia : telah ini saja.. sesudah bayar kita pulang agar ngga kemalaman ( sembari membawa barang - barang belanjaannya ke kasir )

( Boni yang umumnya segera ikuti Widia ke kasir, waktu itu tampak anteng di dekat kamar ubah serta pura-pura tidak mendengar ajakan Widia )
Widia : ( berteriak untuk kesekian kalinya ).. sayang.. ini lho telah selesai dihitung belanjaannya

Boni : ( sembari jalur mendekat ) ya telah.. tinggal dibayar kan

Widia : kok anda gitu.. kan umumnya anda yang bayarin ( sembari marah teriak - teriak )

( tidak lama lantas amin lalu mendekat ke meja kasir )
amin : oh ini juga yang biasa membayari barang - barang belanjaanmu ?

Widia : ( dengan ekspresi yang kaget 1/2 mati ) eh.. hmm... anu.. kok anda dapat di sini ?

amin : saya memanglah sengaja datang ke sini. saya serta Boni telah tahu polah tingkahmu mempermainkan kamu

Boni : telah senang kan anda menggunakan duit kami berdua sepanjang ini ?

( petugas kasir mengingatkan Widia untuk segera membayar barang belanjaannya dikarenakan jumlah orang yang antri makin banyak )
Widia : ( dengan tertunduk malu ) maaf mbak, saya tidak lantas beli seluruh barang-barang ini ( kemuddian terdengar teriakan cemooh orang - orang yangs edang antri di belakang Widia )

amin & Boni : enak ya dibikin malu layaknya saat ini. terkena batunya kan saat ini.
( tanpa menjawab, Widia lantas lari meninggalkan Boni serta amin).

Senin, 11 November 2013

PERSAHABATAN

                                          SAHABAT SEJATI

Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Sedang diadakannya ujian semester. Adi dan Banu duduk sebangku, Sita dan Dini duduk sebangku di depannya, sedangkan Budi duduk sendiri disamping Banu.
Mata pelajaran yang sedang di ujiankan adalah matematika, semua murid terlihat kebingungan dan kewalahan melihat soalnya. Dan terjadi lah percakapan antara 5 sekawan, Adi, Budi, Banu, Sita dan Dini.
Banu:      “Din, aku minta jawaban soal nomor  5 dan 6!”
Dini:         “A dan C”
Sita:         “kalau soal nomor 10,11 dan 15 jawabannya apa Ban?
Banu:      “10 A, 11 D, nomor 15 aku belum”
Adi:          “Huss, jangan kencang-kencang nanti gurunya dengar”
Sita:         “soalnya sulit sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan”
Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan Budi, ia terlihat rileks dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa mencontek.
Banu:      “Bud,kamu sudah selesai?”
Budi:        “Belum, tinggal 3 soal lagi”
Banu:      “Aku minta jawaban nomor 15 sampai 20 Bud!”
Budi:        “Tidak Bisa Ban,”
Banu:      “Kenapa? Kita sahabat bud, kita harus kerjasama”
Dini:         “Iya Bud, kita harus kerja sama”
Adi:          “Iya, kamu kan yang paling pintar disini bud”
Budi:        “tapi bukan kerjasama seperti ini teman-teman”
Sita:         “Kenapa memang Bud? Hanya 5 soal saja!”
Budi:        “Mencontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, yang dosa nya sama. Aku tidak mau mencotek karena dosa, begitu pula member contek ke kalian. Aku minta maaf”
Sita:         “Tapi saat ini, sangat mendesak Bud”
Dini:         “Iya Bud, bantu kami”
Budi:        “tetap tidak bisa”
Adi:          “yasudah, biarkan. Urus saja dirimu sendiri Bud, dan kami urus diri kami sendiri.” (marah dan kesal)
Banu:      “biarkan, kita lihat di buku saja”
Banu lalu mengeluarkan buku dari kolong bangkunya secara diam-diam, kemudian melihat rumus dan jawaban di dalamnya. Lalu Sita menanyakan hasilnya.
Sita:         “Bagaimana Ban? Ada tidak?
Banu:      “ada, kalian dengar ya. 15 A, 16 D, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C”
Kareana suara Banu yang agak terdengar keras, Guru pun mendengarnya dan menghampiri mereka berempat.
Guru:      “Kalian ini, mencontek terus. Keluar kalian”
Mereka berempat di hukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera.
Banu:      “Aku tidak menyangka akan seperti ini”
Dini:         “Aku juga tidak menyangka, akan dihukum”
Sita:         “Seharusnya kita belajar ya”
Adi:          “Iya, Budi benar”
Banu:      “Disaat seperti ini, baru kita menyadarinya yah!”
Sita:         “Aku menyesal!”
Adi,Dini&Banu:   “Aku juga” bersama
Setelah itu Budi keluar dari kelas dan menghampiri mereka. Kemudian Budi ikut berdiri hormat seperti yang lain.
Dini:         “kenapa bud? Kamu di hukum juga?”
Budi:        “Tidak, aku ingin menjalani hukuman kalian juga.
                                Kita sahabat kan? Aku ingin kita bersama”
Sita:         “aku berharap ini menjadi pelajaran kita semua”
Dini:         “dan tidak kita ulangi lagi”
Adi:          “Kita sahabat sejati”
Lalu mereka semua menjalani hukuman dengan penuh senyum dan tawa. Persahabatan akan mengalahkan segala keburukan.

Sabtu, 09 November 2013

Drama Seorang nenek dan Cucunya

                                  OPS KO JADI BEGINI SIH

Pada suatu hari ada seorang nenek dan cucu nya pergi ke pasar untuk membeli perlengkapan dan bahan-bahan dapur .


Tukang sayur       : sayur,sayur murah-murah,kol murah,bayam  murah...’’ayo beli’’
Nenek                   : cu,cu,ayo kita ke sana ( sambil menunjuk si penjual sayur)
Cucu I                  : Ayo nek...
Nenek                   : buk ini bayam nya berapa??
Tukang sayur       : kalau sama nenek murah saja.Cuma Rp.2000/ikat
Nenek                   : apa?2000
                               Kamu bilang semua sayuran yang kamu jual murah,ah banyak    
                                 sekali cerita kamu..
Tukang sayur       : jadi nenek mau nya berapa? Ini sudah sangat murah lah nek..
Nenek                   : waktu umur saya 17 tahun saya tuh beli bayam harga nya hanya
                                 Rp.500/ikat
Tukang sayur       : aduh nek,,, itu sudah beberapa tahun yang lalu.sekarang ini  
                                 sudah tahun 2011,ya kita harus bermodal sedikit lah,jadi nenek  
                                  mau beli gak ni??
Nenek                   : Tidak-tidak , lain kali kamu kalau jualan itu yang benar.
Cucu I                  : Ma’af ya buk, nenek saya ini orang nya suka ceplas-ceplos kalau   
                                 ngomong,,,tetapi apa yang di omongi nya ada bener nya juga.
Tukang sayur       : sudah-sudah bawa nenek kamu pergi dari sini.! Sudah saya  
                                  tunggu tidak jadi beli,buat repot saja
Cucu I                  : Suruh siapa di tungguin?
Nenek                   : ayo cu kita pergi.,nenek pusing dengarin tukang   sayur nya
                                 ngomel.


Saat tiba di rumah nenek bertemu kakek di halaman rumah dan cucu I masuk ke dalam rumah...

Kakek                   :lo...lo...lo.kok muka nenek cemberut..?,katanya baru pulang dari    
                                pasar mana belanjaannya..?
Nenek                   :tidak ada,kakek tidak tau kan apa yang terjadi di pasar tadi.
Kakek                   :ya...tidak tau kan kakek dirumah saja.
Nenek                   :sudahlah nenek tidak mau berurusan dengan kakek
Kakek                   :eh...eh...eh.maksd nenek apa..?,emangnya apa salah kakek.
Nenek                   :nenek benci ma kakek,nenek sebel ma kakek.
Kakek                   :ih...nenek kesambar petir ya..?,tiba-tiba marah-marah tapi kalau
                                 nenek benci ma kakek kenapa nenek dulu mau nikah ma kakek..?
Nenek                   :nenek tidak tau,mungkin saja kakek pelet nenek,supaya nenek    
                                mau nikah sama kakek.
Kakek                   :oh tidak bisa,yang ada itu nenek yang melet kakek.
Nenek                   :kakek...!
Kakek                   :nenek...!
Nenek                   :kakek...!
Kakek                   :nenek...!


                    Tiba-tiba ibu tetangga datang menghampiri nenek dan kakek,yang sedang bertengkar.

Ibu tetangga         :aduh...aduh...berisik tidak siang tidak malam bertengkar saja kerjanya,
                      seharusnya itu kalian banyak-banyak beribadah soal nya umur kalian itu   
                       sudah mencukupi syarat-syarat kematian.
Nenek         :eh...apa yang kamu bilang tadi..?,saya sudah tua kamu tidak tau ya.,saya  
                       ini masih muda,emang nya tidak lihat,bodi saya yang sexi ini.
Ibu tetangga         :ahahahah...!,apa sexi..?,yang ada itu nenek makin gepeng dan  
                      keriput,yang cocok di bilang sexi ini tu saya,buktinya banyak laki-laki  
                       yang menggoda saya.
Nenek         :eh...kamu ngelindur ya...?,makanya jangan tidur terus jadi nya mimpi di
                      bawa-bawa kemari.lagian sudah siang bolong gini masih pakai baju  
                      tidur.
Ibu tetangga         :ih...ya suka-suka saya dong.ini kan baju saya jdi terserah saya mau pakai nya kapan.
Kakek         :sudah-sudah jangan bertengkar lagi,diam semua nya.
Ibu tetangga         :timbang saya di sini,mending saya nglanjuti tidur saya

           Setelah keributan itu cucu I dan cucu II sedang mengerjakan Pr di kamar.

Cucu I         :ka’k...ka’k...ka’k.sebenarnya nenek itu pikun atau oon sih...?
Cucu II        :hust...kamu ini nenek sendiri di katain.kualat lo.
Cucu I         :bukanya gitu ka’k,soal nya tadi kan aku ke pasar bersama nenek masak nenek samakan harga sayur sekarang sama tahun 70 an.
Cucu II        :ya wajar dong kan nenek sudah tua,jadi ya gitu deh.
Cucu I         :gitu apanya..?
Cucu II        :ya gitu,yang kamu bilang tadi sama ka’k.
Cucu I         :emangnya aku ngomong apa,perasaan aku tidak ada ngomong apa-apa.
Cucu II        :ih...sebel juga ya ngomong sama kamu dasar jaka sembung bawa golok.gak nyambung begok.
Cucu I         :emangnya si apa yang goblok ka’k..?,(sambil memegang kepala dan binggung.)
Cucu II        :kamu mau tau siapa yang goblok,nunggu lebaran monyat ya..!
Cucu I         :ooh...monyet juga lebaran ya ka’k.emangnya kapan lebarannya ka’k...?
Cucu II        :ih...kamu itu goblok atau oon sih...?
Cucu I         :kata teman-teman aku dua-dua nya.

      Disaat tengah-tengah pembicaraan mereka mendengar nenek ngomel di ruang tamu.

Cucu I         :ka’k coba deh dengar nenek ngomel itu..!
Cucu II        :coba yuk kita lihat.

      Saat itu mereka menemui nenek di ruang tamu yang sedang duduk bersama kakek.

Cucu II        :ada apa sih nek kok ngomel aja dari tadi.
Kakek         :ini cu,nenek mu selesai bertengkar dengan kakek,kakinya sakit dan
                      keram,coba kamu pergi panggilkan mantri.
Cucu I         :ka’k pergi sana..!!
Cucu II        :kamu saja yang pergi.
Cucu I         :loh...kok aku kan ka’k yang di suruh.
Cucu II        :kamu mau tau gak lebaran monyet itu kapan..?
Cucu I         :mau ka’k.
Cucu II        :ha...sekarang kamu pergi manggil mantri,nah pulang nanti ka’k kasih  
                      tau jawaban nya.
Cucu I         :baik ka’k.siap...!!!

     Di saat perjalanan rupanya cucu I bertemu dengan mantri yang baru pulang dari rumah warga.

Cucu I         :permisi pak...!
Mantri        :ada apa nak..?
Cucu I         :gini pak,bapak di suruh kakek saya ke rumah untuk memeriksa nenek  
                      yang kaki nya sedang sakit.
Mantri        :oh...ayo kita ke tempat nenek mu.

      Setelah sampai di rumah mantri langsung memeriksa kaki nenek yang sakit.

Mantri        :nek...nenek punya penyakit asam urat jadi saya saran kan jangan makan,makanan yang berserat.
Kakek         :ha...dengarin tu nek.
Nenek         :hmmm...
Cucu I         :ka’k,kakak katanya mau ngasih tau lebaran monyet itu kapan...?
Cucu II        :aduh kok jadi begini emangnya ibu waktu mengandung kamu ngidam
                       apa sih.

      Sewaktu itu cucu II sangat bingung kepada adiknya yang goblok dan oon itu.